B4R12Y's Blog WordPress |
Wanita ini Hidup tanpa Jantung Posted: 03 Dec 2010 08:41 AM PST Jantung adalah pusat kehidupan manusia. Tak heran jika D’Zhana Simmons mengejutkan banyak orang setelah bertahan hidup tanpa organ jantung di tubuhnya selama 118 hari. Seperti dikutip dari laman Reuters, selama hampir empat bulan, wanita asal Carolina Selatan itu mengandalkan hidupnya pada mesin pemompa darah buatan. Mesin itu baru dilepas setelah ia mendapat donor dan menjalani transplantasi jantung. Kasus yang terjadi pertengahan 2008 ini membukukan sejarah baru di dunia medis. Sebelumnya, tak ada anak yang mampu bertahan hidup selama itu tanpa organ jantung. Simmons tak bisa menahan air mata setiap kali mengingat peristiwa tersebut. Ia merasa baru saja terlepas dari pengalaman mengerikan. “Anda tak akan pernah tahu mesin itu tiba-tiba mati,” ujarnya. “Saat itu, aku merasa hidupku palsu, sepertinya aku tidak benar-benar ada.” Ia menderita cardiomyopathy, sebuah kondisi di mana jantungnya melemah dan membengkak sehingga kehilangan fungsinya untuk memompa darah. Satu-satunya jalan keluar adalah melakukan transplantasi jantung. Ia terpaksa menunggu hingga hampir empat bulan untuk mendapat donor jantung yang cocok. Sebelumnya, ia sempat menerima donor ginjal, namun terpaksa diangkat lagi karena gagal beradaptasi dengan tubuhnya. Tanpa Otak Kanan Operasi diambil dengan tingkat risiko kematian dan cacat yang tinggi. Sejak awal dokter telah mengatakan, seandainya Mott lolos dari maut, kemungkinan besar akan mengalami koma dan lumpuh pada sisi kiri tubuhnya. Sebab, otak kanan adalah organ pengontrol tubuh bagian kiri. Namun ajaib, ketakutan-ketakutan itu tak terjadi. Usai operasi dan menjalani fisioterapi, gadis mungil itu dapat berlari, dan bermain, kendati sedikit pincang dan kehilangan penglihatan tepi. Ia hanya menjalani perawatan di rumah sakit selama empat minggu. Source: VIVAnews Hanya Tuhan yang membuatnya bertahan sampai sekarang |
Gunung Meletus Sekitar Bulan Purnama Posted: 03 Dec 2010 08:36 AM PST Ini kajian para ahli soal fenomena alam yang terjadi sesudah dan sebelum gempa bumi terjadi. Thomas Djamaluddin, Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)–dalam blognya– melansir bahwa meski belum ditemukan bukti ilmiah hubungan antara bulan purnama dengan gempa bumi, tetapi hubungan antara bulan purnama dengan gunung meletus sudah teridentifikasi. Sekitar bulan baru dan bulan purnama, lanjutnya, air pasang di laut biasanya lebih tinggi. Mengapa? Karena gravitasi bulan dan gravitasi matahari berada pada garis yang sejajar. Air laut pasang itu kian tinggi, bila jarak antara bulan dan matahari, dalam posisi yang terdekat dengan bumi. Bila efek pasang ini diperkuat oleh efek meteorologis, seperti hembusan angin kencang misalnya, maka potensi gelombang pasang (rob) sangat mungkin terjadi. Air pasang itu mencapai maksimum sekitar tengah malam, atau tengah hari. Efek pasang surut itu sesungguhnya, lanjutnya, berperanguh terhadap kulit bumi. Walau gayanya kecil, ketimbang gaya menggerakan lempeng bumi, pasang surut itu berpeluang memantik pelepasan energi yang berdampak gempa atau letusnya gunung. Tapi pelepasan itu cuma pemicu belaka. Bukan sebab. Tapi meski secara data belum ditemukan fakta kolerasi pasang surut hubungan antara bulan -matahari dengan gempa, tetapi sejumlah besar terjadi sekitar bulan baru atau bulan purnama. “Secara statistik telah ditemukan bahwa sebagian besar kejadian gunung meletus terjadi sekitar bulan purnama,” ujar dia. Djamaluddin mengutip situs Survei Geologi Amerika Serikat. “Gaya yang dihasilkan pasang surut hanya bagian kecil dari gaya yang menyebabkan gempa bumi dan letusan gunung. Walau gayanya kecil, tetapi dapat memicu kejadian itu. Ilmuwan memang tidak mendapati korelasi pasang surut dengan gempa. Tetapi, hubungan antara pasang surut dan letusan gunung telah teridentifikasi.” Djamaluddin juga mengutip pernyataan dalam makalah Mauk dan Johnston (1973). Dalam tulisan makalah berjudul “On the Triggering of Volcanic Eruptions by Earth Tides, J Geophys. Res., 78(17), 3356-3362″ melaporkan bahwa dari data 680 letusan gunung berapi besar sejak tahun 1900 di daratan, sebagian besar terjadi saat pasang maksimum. “Demikian juga data dari Stasiun Pengamat Gunung Berapi Hawaii (HVO) melaporkan dari 52 letusan sejak Januari 1832, sebagian besar (hampir setengahnya) terjadi sekitar pasang maksimum,” kutip Djamaluddin. Baca selengkapnya analisis Djamaluddin ini di sini. Tetapi, isu adanya gempa bumi akibat bulan purnama ini sudah dibantah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Source: Yahoonewsbener gak sich.. |
You are subscribed to email updates from B4R12Y's Blog To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar: